Dalam beberapa dekade terakhir, populasi penduduk asal Afrika yang bermigrasi ke Eropa semakin bertambah. Fenomena ini tidak hanya terlihat dari berita internasional, tetapi juga dari kehidupan nyata—mulai dari sektor pekerjaan, komunitas diaspora, hingga perubahan demografis di kota-kota besar seperti Paris, Madrid, Berlin, hingga London.
Pertanyaan pun muncul: mengapa banyak orang Afrika tinggal di Eropa? Jawabannya tidak sesederhana sekadar “mencari kehidupan lebih baik.” Ada perjalanan panjang sejarah, faktor ekonomi global, konflik, dan perubahan sosial yang turut membentuk fenomena ini. Artikel ini akan membahasnya secara lengkap, mulai dari latar belakang kolonial hingga dinamika migrasi modern.
1. Warisan Sejarah Kolonial Eropa di Afrika
Jika kita menelusuri sejarah, hubungan Afrika dan Eropa sudah terjadi sejak ratusan tahun lalu—terutama pada masa kolonial. Negara-negara seperti Inggris, Perancis, Belanda, Italia, Belgia, Portugal, dan Spanyol pernah menjajah sebagian besar wilayah Afrika.
Beberapa contohnya:
- Koloni Perancis: Aljazair, Maroko, Tunisia, Senegal, Mali
- Koloni Inggris: Nigeria, Kenya, Ghana, Afrika Selatan
- Koloni Belgia: Republik Demokratik Kongo
- Koloni Portugal: Angola, Mozambik
Selama masa kolonial, banyak orang Afrika dipaksa bekerja sebagai tenaga kerja untuk kepentingan kolonial. Setelah kolonialisme berakhir pada abad ke-20, banyak negara Eropa membuka jalur imigrasi bagi mantan warganya dari wilayah jajahan untuk bekerja atau menetap.
Contoh paling jelas adalah kedekatan budaya dan bahasa: orang Maroko, Tunisia, dan Aljazair lebih mudah beradaptasi di Perancis karena bahasa, agama, dan tradisi telah lama terhubung.
2. Faktor Ekonomi: Mencari Pekerjaan dan Kesempatan Hidup Lebih Baik
Afrika menghadapi berbagai tantangan ekonomi, seperti tingginya pengangguran, rendahnya upah, kurangnya infrastruktur, dan ketimpangan pembangunan. Di sisi lain, Eropa memiliki:
- Upah lebih tinggi
- Fasilitas publik memadai
- Dukungan pendidikan dan kesehatan
- Kesempatan kerja lebih luas
Banyak orang Afrika, khususnya dari wilayah Sub-Sahara, melihat migrasi sebagai jalan untuk mengubah nasib keluarga.
Bekerja sebagai supir, pekerja kebersihan, buruh bangunan, atau perawat di Eropa sering kali menghasilkan pendapatan jauh lebih tinggi dibanding pekerjaan formal di negara asal.
Bahkan uang kiriman dari para migran Afrika ke keluarga di kampung halaman disebut remittance, dan jumlahnya mencapai miliaran dolar setiap tahun.
3. Konflik, Perang, dan Krisis Kemanusiaan
Sebagian migrasi dari Afrika ke Eropa bukan untuk tujuan ekonomi, tetapi untuk menghindari konflik dan perang.
Beberapa negara Afrika mengalami:
- Perang saudara
- Kudeta militer
- Masalah etnis dan suku
- Terorisme dan kelompok bersenjata
- Krisis kemanusiaan akibat kelaparan atau perubahan iklim
Contohnya:
- Krisis di Somalia
- Konflik Sudan
- Ketidakstabilan politik di Libya setelah Arab Spring
- Perang melawan Boko Haram di Nigeria
Migran seperti ini sering disebut pengungsi (refugee) atau pencari suaka (asylum seeker) karena mereka bermigrasi demi keselamatan, bukan hanya pekerjaan.
4. Ketimpangan Pembangunan Global
Eropa dan Afrika berada pada jenjang yang berbeda dalam hal indeks pembangunan manusia (HDI). Perbedaan ini mencakup:
| Faktor | Afrika Banyak Negara | Eropa |
|---|---|---|
| Pendapatan per kapita | Rendah | Tinggi |
| Pendidikan | Terbatas | Gratis / Masif |
| Layanan kesehatan | Kurang memadai | Sangat baik |
| Infrastruktur | Bertahap berkembang | Modern dan stabil |
Migrasi pun menjadi pilihan logis bagi mereka yang menginginkan masa depan lebih baik.
5. Globalisasi dan Akses Informasi
Dulu, migrasi sangat sulit dilakukan karena keterbatasan informasi. Namun sekarang, dengan adanya:
- Media sosial
- Youtube
- Film dokumenter
- Komunikasi digital
- TikTok dan Facebook diaspora
Banyak orang Afrika bisa melihat kehidupan di Eropa lebih jelas, termasuk peluang kerja, prosedur migrasi, atau testimoni orang yang sudah berhasil.
Internet menciptakan “jembatan” informasi yang membuat migrasi terasa lebih mungkin dilakukan dan lebih realistis.
6. Kebijakan Imigrasi dan Kebutuhan Tenaga Kerja Eropa
Beberapa negara Eropa justru membutuhkan tenaga kerja tambahan karena pertumbuhan populasi yang menurun dan banyak warga lokal yang tidak tertarik bekerja di sektor tertentu.
Bidang yang paling banyak dipenuhi migran Afrika antara lain:
- Konstruksi
- Pertanian
- Logistik
- Perawatan lansia
- Layanan kebersihan
Eropa membutuhkan tenaga tambahan untuk menjaga stabilitas ekonomi dan pelayanan sosial—dan Afrika menjadi salah satu sumber utamanya.
Penutup: Migrasi Afrika ke Eropa Adalah Fenomena Kompleks
Mengapa banyak orang Afrika berada di Eropa? Jawabannya adalah kombinasi antara:
- Sejarah kolonial
- Kesempatan ekonomi
- Krisis sosial dan politik
- Globalisasi informasi
- Kebutuhan tenaga kerja Eropa
Migrasi bukan sekadar perpindahan fisik, tetapi mencerminkan perjalanan sejarah panjang dan hubungan antar-benua. Banyak dari mereka yang datang bukan hanya mencari hidup lebih baik—tetapi juga membawa budaya, kontribusi ekonomi, dan identitas baru bagi Eropa modern.
Pada akhirnya, migrasi Afrika ke Eropa bukan hanya tentang perbedaan benua, tetapi tentang perjalanan manusia mencari keamanan, harapan, dan masa depan.